Monday, November 24, 2008

17 lagi mendung

Bukan, postingan ini bukan tentang cuaca Jakarta yang lebih sering gak jelas dan cendrung bikin perut mulas (rime yang aneh). Lagian, langit dari lantai 17 lumayan berawan, cerah dan bagi sebagian orang bisa jadi sumber penghidupan.
Ini tentang bagaimana sulitnya menghakhiri dibanding memulai, beratnya menyelesaikan, melupakan dan keep it on the right way.
Ternyata setelah sampai dalam fase ini, setelah belajar menerima dan membuka mata hati, baru sadar kalau keputusan bukan hanya sekedar ucapan. Ada janji yang perlu pembuktian, bukan hanya selebar omongan. Belum memutuskan untuk benar-benar pergi, mungkin masih ingin melihat harapan. Yang jelas mata, hati dan telinga serta seluruh indera ini sudah melihat, mendengar, merasa dan mengecap. Proses yang tadinya sengaja atau tidak dilupakan dan ditinggalkan.
Semalam, semua resmi ditutup, dan mendadak semua menjadi redup.
Pagi ini mendung, seakan ikut murung.
Begitu saja...

2 comments:

Ivan Jenggot said...

Wuih..hatinya knapa mba?
kaya musim sekarang ini...heheee

tongsampahtumah said...

joooohh.. bukan tentang hati.. situ ge-er-an yah??
hoho