Monday, May 25, 2009

koma

Entahlah bagaimana memulai menulis lagi, pikiran saya sudah lama beku begitupun jari jemari yang terasa kaku. Bisa jadi posting kali ini hanya berisi tentang kebingungan saya mencari jejak untuk kembali pulang, rumah bagi jiwa, rindu sekali untuk kembali kesana.
Ya, rasanya sudah terlalu lama saya tidak menggunakan nalar dan akal sehat dalam hidup. Saya linglung, layaknya orang yang baru tersadar dari sebuah tidur panjang. Koma, mati suri, memiliki jiwa namun mati, berhati namun enggan berempati. Melangkah tanpa tujuan, layaknya jasad hidup yang tak lagi pantas untuk hidup namun masih keras kepala ketika sang malaikat maut datang menjemput.
Sulit sekali untuk terbangun, mengerjap lantas membuka mata lebar melihat sekeliling dan memutuskan melanjutkan semuanya, walau dari nol. Memaafkan, melupakan lalu ikhlas berserah akan berbagai kegagalan. Kadang saya berfikir alangkah lebih mudah memaafkan sekaligus melupakan kesalahan orang lain dibanding kesalahan diri sendiri. Saya belum sepenuhnya pulih dan mulai belajar berlari seperti dulu, masih tertatih bahkan untuk sekedar duduk tegap diatas tempat tidur. Rapuh sekali, tak pernah terpikir saya akan serapuh ini.
Kata orang, saya ini karang, tambeng, smiling and laughter girl, manusia yang tak mungkin menangis. Layaknya burung yang senang bebas kemana saja, tanpa arah, menerabas batasan birunya langit dan hijaunya lautan demi sebuah kepuasan. Tapi lihatlah, perempuan kecil ini kini berjuang keras untuk sekedar kembali hidup, dan mungkin nantinya, kembali terjatuh.
Namun ketika saya memutuskan untuk bangun, seketika itu pula saya ingin bahagia. Saya bahagia untuk setiap tarikan nafas yang masih dipercayakan Tuhan, untuk setiap titik kebosanan menunggu datangnya keajaiban dalam sebuah diam, tapi benarkah masih ada keajaiban? Ah saya tak lagi mau peduli.. bukankah sudah sangat ajaib saya masih bisa bahagia setelah terlunta-lunta dalam hampa?
Bukti nyata bahwa Tuhan itu memang ada, lengkap dengan segala keesaanNya…


Satu cerita tentang manusia coba tuk memahami arti cinta.. Benarkah cinta diatas segalanya.. Hanyakah itu satu-satunya yang menjadi alasan untuk menutup mata tak melihat dunia yang sesungguhnya.. Dan menjadi jawaban atas semua tanya yang kita harap mampu mewujudkan sebuah akhir bahagia.. Buka mata, hati, telinga.. Sesungguhnya masih ada yang lebih penting dari sekedar kata cinta.. Yang kau inginkan tak selalu yang kau butuhkan.. Mungkin memang yang paling penting cobalah untuk membuka mata, hati, telinga.. Adakah kau rasakan kadang hati dan pikiran tak selalu sejalan seperti yang kau harapkan.. Tuhan tolong tunjukkan apa yang kan datang, hikmah dari semua misteri yang tak pernah terpecahkan.. (mata, hati, telinga – maliq n d’essentials)

PS. Tuhan aku titip dia padaMu, karena ku tau Engkaulah sebaik-baik penjagaan dan karena ku tau tak mungkin untuk terus bermimpi bertemu dengannya dan dianggap senyata angin baginya