Monday, January 14, 2013

Jakarta dan Hujan

Jakarta dan Hujan, seperti sesak yang terus bersautan memang rindu itu susah dipendam. Jakarta dan Hujan, seperti kenangan lama yang muncul dan tak bisa ditahan Kita merayakan duka dengan senyuman, ya, kita. Menikmati Jakarta dan Hujan, menyesap kopi pekat dalam-dalam satu tegugan lalu terdiam, menunggu waktu yang lambatnya keterlaluan, bahkan untuk sekedar satu pertemuan. Jakarta dan Hujan, kaki-kaki kecil berlarian mencari peruntungan Sisanya para oportunis yang sibuk mencari perlindungan dari derasnya yang berjatuhan Kita, asyik dalam ingatan yang saling menghangatkan. Jakarta dan Hujan, derasnya kadang keterlaluan seperti kegilaan dalam pengharapan yang datang bergantian Lalu tiba-tiba aku takut untuk kehilangan (lagi). Jakarta dan Hujan, Payung-payung berseliweran mencari kesempatan bagi si pencari keteduhan Ironis, sang empunya malah kebasahan. Akhirnya, Jakarta dan Hujan, basahnya menyadarkan(ku) Kita ada tapi tiada Beriringan namun berjauhan Menggenggam tapi saling melepaskan Bulir terakhirnya mengingatkan bahwa sebenarnya, kita (tidak) ada.