Monday, September 27, 2010

teaser ad

what could i say
when your hello seems like teaser ad
bring confusing and build curiosity on me

and this cloudy day
drawn me into gloomy

are you there, hidden like used to?
holding the feeling
running rushing me out

I want you as reality
cos dreamin you no longer gratify me

Sunday, September 26, 2010

untukku

memaafkan...
bukan demi menyenangkan
atau sekedar ucapan

aku memaafkanmu
demi diriku
kebahagian dan keyakinan atas kehidupan dari memaafkan

Tuesday, September 21, 2010

mengenalnya dan jatuh cinta

AKU INGIN
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada



BERJALAN KE BARAT WAKTU PAGI HARI
waktu berjalan ke barat di waktu pagi hari matahari mengikutiku di belakang
aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan
aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang telah menciptakan bayang-bayang
aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang harus berjalan di depan


KAMI BERTIGA

dalam kamar ini kami bertiga:
aku, pisau dan kata --
kalian tahu, pisau barulah pisau kalau ada darah di matanya
tak peduli darahku atau darah kata



MATA PISAU
mata pisau itu tak berkejap menatapmu
kau yang baru saja mengasahnya
berfikir: ia tajam untuk mengiris apel
yang tersedia di atas meja
sehabis makan malam;
ia berkilat ketika terbayang olehnya urat lehermu



TENTANG MATAHARI
Matahari yang di atas kepalamu itu
adalah balonan gas yang terlepas dari tanganmu
waktu kau kecil, adalah bola lampu
yang di atas meja ketika kau menjawab surat-surat
yang teratur kau terima dari sebuah Alamat,
adalah jam weker yang berdering
sedang kau bersetubuh, adalah gambar bulan
yang dituding anak kecil itu sambil berkata:
"Ini matahari! Ini matahari!"
Matahari itu? Ia memang di atas sana
supaya selamanya kau menghela
bayang-bayanganmu itu


GADIS KECIL
Ada gadis kecil diseberangkan gerimis
Di tangan kanannya bergoyang payung
Tangan kirinya mengibaskan tangis-
Di pinggir padang Ada pohon Dan seekor burung

DALAM BIS
Langit di kaca jendela bergoyang
Terarah ke mana
Wajah di kaca jendela yang dahulu juga
Mengecil dalam pesona
Sebermula adalah kata
Lalu perjalanan dari kota ke kota
Demikian cepat
Kita pun terperanjat: waktu henti IA tiada


HATIKU SELEMBAR DAUN
Hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput;
Nanti dulu, biarkan aku sejenak
Terbaring di sini;
Ada yang masih ingin kupandang,
Yang selama ini senantiasa luput;
Sesaat adalah abadi sebelum kausapu
Tamanmu setiap pagi


KETIKA JARI-JARI BUNGA TERBUKA
Ketika jari-jari bunga terbuka
Mendadak terasa: betapa sengit
Cinta Kita
Cahaya bagai kabut, kabut cahaya; di langit
Menyisih awan Hari ini; di bumi
Meriap sepi yang purba;
Ketika kemarau, terasa ke bulu-bulu Mata,
Suatu pagi
Di sayap kupu-kupu, di sayap warna
Swara burung di ranting-ranting cuaca,
Bulu-bulu cahaya: betapa parah
Cinta Kita
Mabuk berjalan, di antara jerit
Bunga-bunga rekah


HUTAN KELABU DALAM HUJAN
Hutan kelabu dalam hujan
Lalu kusebut kembali kau pun kekasihku
Langit di mana berakhir setiap pandangan
Bermula kepedihan, rindu itu
Temaram temasa padaku semata
Memutih dari seribu warna
Hujan senandung dalam hutan
Lalu kelabu, mengabut nyanyian



SAJAK-SAJAK KECIL TENTANG CINTA
/1/
Mencintai angin
Harus menjadi siut
Mencintai air
Harus menjadi ricik
Mencintai gunung
Harus menjadi terjal
Mencintai api
Harus menjadi jilat
/2/
Mencintai cakrawala
Harus menebas jarak
/3/
Mencintai-Mu
Harus menjelma aku




DALAM DIRIKU
Dalam diriku mengalir sungai panjang,
Darah namanya;
Dalam diriku menggenang telaga darah,
Sukma namanya;
Dalam diriku meriak gelombang sukma,
Hidup namanya;
Dan karena hidup itu indah,
Aku menangis sepuas-puasnya


NOKTURNO
Kubiarkan cahaya bintang memilikimu
Kubiarkan angin, yang pucat
Dan tak habis-habisnya gelisah,
Tiba-tiba menjelma isyarat, merebutmu-
Entah kapan kau bisa kutangkap


HUJAN BULAN JUNI
Tak Ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu

Tak Ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu

Tak Ada yang lebih arif
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu

oleh: Sapardi Djoko Damono

Friday, September 3, 2010

mengapa kau diam saja?

tidak seperti biasanya
kali ini, akhirnya
aku bersuara
setelah lama bertanya dalam diam

kemana saja kamu?

ah disana rupanya
kenapa diam saja?

masih ingatkah pada mimpi-mimpi yang sering kau bagi disetiap pagi
tentang rumah masa depan dimana indahnya mentari dan bintang yang selalu setia menyapa
kenapa diam saja?

masih ingatkan pada janji-janji kita
tentang janji untuk menertawakan kepedihan, kehidupan
ingatkah?
kenapa diam saja?

masihkah hujan membutmu damai dan tersenyum lebar
kenapa diam saja?

apa yang mengganggumu hingga kau malas bicara
katakanlah mengapa kau diam saja?

sudah bosankah kau bercerita tentang negeri-negeri jauh pada ku
tentang dunia dibalik awan

tolonglah
katakan sesuatu
mengapa kau diam saja?

bicaralah..
lebih banyak,
saat ini, saat kau masiih mampu