Saturday, October 15, 2011

bukan titik merah dan aku menyerah

Hai Tuhan, apa kabar? Ah pasti engkau selalu baik-baik, iya kan?
Boleh aku minta sesuatu? Oke, mungkin aku terlalu banyak meminta, tp paling tidak bisakah ajari aku untuk berdamai dengan diriku?
Berdamai dengan masa lalu yang ku bangun dengan keyakinanku sendiri, dan lalu hancur karena waktu.
Berdamai dengan ambisi-ambisi yang memenuhi dan menjadi beban pikiranku selama bertahun-tahun.
Berdamai dengan cinta lama yang tak pernah bisa aku tuliskan lagi karena ternyata akhir indah hanya ada di negeri dongeng.
Berdamai dengan phobia-phobia yang membuatku berteriak dan berlaku gila saat mereka merangkak lalu mencekam jiwa kecilku.
Berdamai dengan kenangan-kenangan yang membuatku jatuh menggigil dan berderai saat mengingatnya.
Berdamai dengan sudut pandang manusia yang berhasil membuatku merasa tidak berguna bahkan selalu salah.
Berdamai dengan kematian yang kadang beritanya datang terlalu dekat, dan membuatku membencimu walaupun hanya sesaat.
Berdamai dengan ketakutanku atas masa depan yang aku tulis sendiri dan seringkali datang mengendap-endap dalam mimpi tenangku.
Berdamai dengan dunia yang semakin tak ramah, atau akulah yang telah menjadikannya begitu? Entahlah.

Tuhan, aku ingin genjatan senjata.
Ketika nanti saatnya aku kembali ke beranda tepat di belakang sana, duduk bermanja dengan mentari, tersenyum dipeluk angin dan bercerita pada bintang-bintangMu.
Aku rindu padaMu, rindu..

No comments: